24.11.09
Aku punya dua paman, yang satu kaya yang satu miskin, yang satu lulusan SMA yang satu lulusan PT, yang satu tak pernah meninggalkan sholat yang satu sering meninggalkan sholat, yang satu berumur 34 tahun yang satunya lagi berumur 31 tahun.
Betapa indah dunia ini mempunyai dua paman yang bisa dijadikan sumber referensi "make decisions". Dua pamanku itu berasal dari keluarga jalur bapak yang berarti dua adik terakhir dari tujuh bersaudara. Dua pamanku itu selalu baik hati padaku, memberiku makan disaat aku lapar, memberiku saran disaat aku gamang menatap dunia,dan berperan signifikan hingga aku menjadi seperti ini. Aku sayang pada kalian berdua paman, paman kayaku dan paman miskinku.
Paman kayaku tidak terlalu menghargai pendidikan formal, tetapi sangat menghargai pendidikan yang "berguna dalam hidup". Nasihatnya padaku "sekolah itu sekedarnya saja" tapi walaupun begitu selalu menjadi sandaranku tempat meminta uang disaat aku butuh. Bahkan ketika aku telah mengambil program kependidikan guru dan hampir menyelesaikan sarjanaku, nasihatnya tetap sama "jika kau menjadi guru kamu tidak akan kaya, berbeda dengan orang dagang". Paman miskinku sangat menghargai pendidikan formal, betapa dia berjuang menyelesaikan SDnya di kampung yang jalannya masih tanah merah, kemudian sempat berhenti setahun sebelum menyelesaikan MTSnya dan harus tetap berjuang mencari rumput setelah pulang sekolah untuk makanan ternak, setelah itu melanjutkan ke STM, pergi ke Jakarta mencari biaya untuk kuliah hingga harus off lagi setahun sebelum mengambil kursus akuntansi selama setahun dan akhirnya menyelesaikan pendidikan Teknologi Informasi selama lima tahun di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta. Bukannya Paman kayaku sama sekali tidak menghargai pendidikan, tetapi dia realistis melihat kenyataan tanpa meninggalkan harapan. Paman kayaku setamat SD pergi ke Jakarta selama beberapa tahun sebelum akhirnya kembali lagi bersama Paman miskinku untuk menyelesaikan MTS yang sama dengan paman miskinku. Kemudian Paman kayaku menyelesaikan SMA dan mulai membangun Asset.
Paman kayaku berjuang membangun asset selama sepuluh tahun kurang, kekayaannya terus tumbuh. Rumah, mobil, tempat usaha dan seorang istri cantik dengan dua putrinya. Sementara Paman miskinku masih menyelesaikan kuliahnya dengan harapan tinggi memakai dasi plus safari dan bekerja di perusahaan bergengsi. Namun tak selamanya kenyataan berbanding lurus dengan harapan. Paman miskinku harus membanting tulang, memeras keringat dan mengucurkan darah untuk membiayai study-nya karena orang tuanya tidak sanggup membiayainya. Setelah tamat berbagai perusahaan dicobanya, namun gayung tak kunjung bersambut. Kemudian banting stir mengambil Akta IV di PTN di Jakarta. Apa yang selanjutnya terjadi? Paman miskinku ternyata tidak berminat untuk menjadi guru, dia mengambil Akta IV atas desakan dari kakaknya. Merasa tidak ada harapan dari lamaran-lamaran ke perusahaan, akhirnya terjun ke dunia bisnis. Mencoba peruntungan dengan membuka toko. Satu gagal, mencoba bangkit lagi dengan komoditas lain, gagal lagi, bangkit lagi dengan barang dagang lain, gagal lagi akhirnya masuk ke MLM sebagai jalur cepat mengumpulkan kekayaan. Apakah sukses di MLM? kekayaannya malah terkuras untuk membangun mimpi cepat kayanya itu.
Paman kayaku mati-matian membangun asset, bekerja 15 jam sehari semalam, ditipu rekan bisnis yang membuat oleng usahanya hingga bangkit lagi dan terus bekerja untuk membangun asset-nya. Paman kayaku selalu menjadi sandaran bagi keluarga besarnya, menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain dan mengajari orang yang mau belajar padanya. Paman miskinku akhirnya frustasi dengan keadaannya, gelar sarjana tekniknya tidak selamanya bisa diandalkan, membuat "kasus" yang membuat marah keluarga besarnya hingga harus pulang kampung....
Cerita ini aku dedikasikan untuk kawand2ku yang mungkin saat ini lagi searching gawean atau lagi sibuk dengan segala aktivitas study-nya. Selalu ada hikmah (pelajaran) dalam setiap kejadian karena hikmah adalah mutiara indah bagi setiap muslim yang mau berfikir. Selalu ada konsekuensi dari pilihan yang kita ambil dan semoga kita menjadi muslim yang KUAT, karena Allah menyukai muslim yang KUAT...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Posting Komentar